Warung internet (warnet) Game Onlineyang buka 24 jam kian marak di Jakarta, terutama masa liburan sekolah di pengujung tahun ini. Dengan merogoh kocek Rp15.000, siapa saja dapat bermain sepuasnya selama delapan jam.
Permainan kategori RPG (Role Playing Game) merupakan kategori yang cukup digandrungi saat ini. RPG adalah jenis permainan yang dapat dimainkan jumlah pemain yang banyak (gamers). Karakter yang dimainkan lalu akan berubah dan menjadi bertambah kuat apabila mampu memenangkan suatu rintangan dan melaju ke
tingkat selanjutnya.
Permainan kategori RPG (Role Playing Game) merupakan kategori yang cukup digandrungi saat ini. RPG adalah jenis permainan yang dapat dimainkan jumlah pemain yang banyak (gamers). Karakter yang dimainkan lalu akan berubah dan menjadi bertambah kuat apabila mampu memenangkan suatu rintangan dan melaju ke
tingkat selanjutnya.
RF (Rising Force), Ragnarok, DOTA, Warcraft, Counter Strike adalah beberapa jenis game online yang mampu menyita perhatian anak sekolah dasar sampai eksekutif muda untuk merogoh koceknya demi kepuasan sesaat.
Counter Strike, permainan yang hampir sepenuhnya merupakan aksi tembak-menembak ini disebut-sebut sebagai pelopor game online. Permainan ini diluncurkan pertama kali pada 1999. Permainan komputer online ini menjadi tren dan berkembang di seluruh dunia pada tahun 2000.
Pada tahun-tahun selanjutnya bermunculan game online seperti Ragnarok dan Warcraft. Tahun lalu, RF menjadi permainan favorit sampai saat ini.
Reinhard, 27, seorang eksekutif muda, selalu meluangkan waktu untuk bermain game online. "Saya main karena tertarik dengan karakter di gametersebut. Kalau menang terus, karakternya akan semakin berkembang, lalu mempunyai kekuatan tersembunyi dan bisa mengalahkan musuh lainnya," jelasnya.
Reinhard biasa menghabiskan waktu bermain game online selama 16 jam/pekan. Ia berpendapat bahwa game online ini bisa membantu memutar otak untuk mengalahkan lawan dengan berbagai taktik atau strategi.
Berdasarkan survei Silicon.com, online gaming ternyata lebih populer dari online shopping. Dari 3.600 peserta survei, 43% pengguna internet menggunakan internet untuk online gaming sedangkan pengguna internet yang berbelanja lewat web hanya 12%.
Survei yang dilakukan pada anak-anak berusia 17-20 tahun di Indonesia menunjukkan bahwa 37% dari mereka memanfaatkan internet untuk bermain online game.
Seto Mulyadi, psikolog anak yang biasa dipanggil Kak Seto, mengatakan bahwa permainan game online ini mempunyai nilai sosial yang cukup tinggi. "Permainan ini mampu membuat pemainnya (gamer)untuk berkomunikasi dengan pemain lainnya untuk memecahkan suatu rintangan atau masalah," jelas pengisi suara serial TV anak-anak Si Komo itu.
Ia juga menambahkan bahwa sejumlah komunitas gamers dan beberapa kompetisi game online yang ada di Indonesia membuktikan bahwa seseorang bisa mempunyai banyak teman dari permainan dunia cyber ini.
Yana, seorang penjaga warnet game onlinedi daerah pondok labu mengatakan bahwa pada musim liburan ini rata-rata yang datang bermain meningkat hampir 50% dibandingkan hari biasa.
"Hari biasa nggak sampai 70 orang sehari. Tapi kalau sekarang bisa sampai 100 orang/hari," jelas pegawai warnet.
Warnet Sniper yang menyediakan 40 buah komputer untuk game online dengan memasang tarif paket, yaitu Rp 15.000/6 jam.
Sementara itu, ada kabar bahwa penderita autisme sebaiknya menjalani terapi dengan bermain game online. Autisme, yang bermakna ganguan perkembangan neurologis yang berat sehingga ia tidak mau berkomunikasi atau bersosialisasi dengan sekitar, disebutkan mampu untuk disembuhkan dengan bermain game onlineyang sangat mengandalkan komunikasi dan interaksi. Akan tetapi, untuk ini belum ada hasil penelitian yang membenarkan kabr tersebut.
"Memang betul game onlinedapat juga sebagai terapi bagi penderita autis. Tetapi memang harus melalui penelitian lebih lanjut. Tergantung konteksnya karena ada penderita autis ringan dan autis parah. Kalau autis parah tidak mungkin," jelas kak Seto.
Game online memang cukup menghibur semua lapisan masayarakat. Akan tetapi kecanduan akan permainan ini juga mampu menjadi bumerang bagi para gamers, khususnya gamers yang duduk di bangku sekolah. Pada akhirnya tinggal bagaimana orang tua mampu memonitor anak-anaknya dalam berekreasi.